Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inspirasi: Kisah Salman Al-Farisi dari Persia

sedhoyo.site
Inspirasi: Kisah Salman Al-Farisi dari Persia

Inspirasi: Kisah Salman Al-Farisi dari Persia - Seseorang yang akan kita bicarakan disini adalah satu dari sekian banyak pahlawan Islam yang memberikan banyak pembelajaran. Siapa lagi kalau bukan lelaki hebat yang datang dari tanah majusi dengan rasa yang tidak nyaman dengan agama majusi ini bernama Salman Al Farisi.

Salman Al Farisi adalah sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari Desa Jayyun, Kota Isfahan, Persia. Dikalangan sahabat lainnya ia dikenal dan dipanggil dengan nama Abu Abdullah. Sebagai seorang Persian, dia menganut agama Majusi, tetapi ia tidak merasa nyaman dengan agamanya. Suatu hari, Salman Al-Farisi diperintahkan oleh ayahnya untuk menjalankan satu tugas di satu tempat untuk mengantarkan barang atau menyampaikan pesan kepada seseorang. Di tengah perjalanan, Beliau bertemu dengan orang-orang Nasrani yang sedang menjalankan ibadahnya. Kemudian, muncul pergolakan batin untuk mencari agama yang dapat menentramkan hatinya. Lalu, dia mencoba memeluk agama Nasrani, tetapi ia kecewa. Karena apa yang dikatakan para pendeta tentang kesederhanaan berbanding terbalik dengan kehidupan para pendeta yang bergelimang harta, hasil dari permintaan umat soal penebusan dosa. Karena rasa penasarannya terhadap kebenaran dan kentraman akhirnya Salman diberi wasiat oleh salah seorang di Amuria yang merupakan sebuah kota di wilaya timur romawi untuk mengikuti kebangkitan seorang nabi yang mengikuti agama Nabi Ibrahim yang lurus yaitu Nabi Muhammad.

Pencarian kebenaran pun akhirya tuntas ketika Salman Al Farisi memeluk Islam sebagai perjalanan hidupnya karena apa yang diucapkan oleh Rasulullah berbanding lurus dengan perbuatan beliau. Ketika mengawali hidup di Jazirah Arab sebagai Muslim, Salman tentu berbeda dengan kalangan orang arab, sesusai namanya Salman adalah orang Persia yang artinya dia bukanlah orang arab, seorang imigran, tidak tahu kebiasaan masyarakat arab dan bahasa arab yang belum baik menjadikan Salman mudah diolok-olok. Namun Salman Al Farisi menikmati semua itu karena Islam merupakan jalan terbaik hingga sampai pada suatu waktu Islam menjadi agama dengan penganut yang tidak sedikit di bumi Persia saat itu, dari kalangan mereka pun muncul sosok-sosok istimewa yang hebat baik dalam urusan keagamaan dan ilmu pengetahuan.

Kisah heroik Salman Al Farisi muncul pada tahun kelima hijrah, peristiwa itu terjadi waktu perang khandaq. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan yang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini. Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya dari dalam—yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimin sehingga mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.

Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran pada surah Al Ahzab ayat 10 yang berbunyi : “Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah”. 24.000 orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya. Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka

Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu? Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah dia Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu! yang telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.

Parit itu pun seketika membuat keadaan berubah drastis, pasukan musuh yang mempunyai kekuatan dan dukungan yang banyak akhirnya kembali dengan kecewa karena kekalahan pahit. Kisah ini kemudian menjadi bahan rujukan serta inspirasi untuk kita saat ini yang ingin berkaca terhadap masa lalu kegemilangan pahlawan-pahlawan Islam.

Hemat penulis tentang hikmah yang bisa dipetik dari kisah diatas adalah :

Salman Al Farisi membuktikan bahwa penciptaan akal dan rasa adalah untuk mencari dan menggapai kebenaran.

Salman Al Farisi adalah seseorang intelektual dan membutuhkan guru untuk menuntunya menggapai kebenaran, hal itu dibuktikan saat ia terus mencari seseorang yang mafhum akan ilmu sampai suatu ketika ia bertemu dengan orang yang membawa agama Ibrahim dan darisitulah ia merasa ketentraman.

Salman Al Farisi memberikan pembelajaran bahwa Islam itu universal. Yang membedakan hanyalah taqwa, baik dia arab ataupun non arab, hitam ataupun putih selama dia beriman maka dia adalah saudara kita.

Sumber artikel: https://www.semangatbantu.com/blog/sahabat-nabi-dari-persia

Posting Komentar untuk "Inspirasi: Kisah Salman Al-Farisi dari Persia"